Aku mencintaimu titik
Kamu mencintaiku atau tidak itu urusanmu, bukan urusanku. Terkadang segala perasaan itu tidak harus terbalas dengan perasaan yang sama. Mencintai seseorang bukan berarti orang tersebut harus sama mencintai kita juga. Kalaupun kita mempunyai perasaan yang sama, bukan berarti kita akan ditakdirkan untuk bersama pula. Perasan itu terbolak balik dan tidak akan terduga akan mengarah kemana. Andaikan kita tahu siapa jodoh kita mungkin tidak akan ada hal-hal yang serumit ini. Yasudahlah! “Adalah Allah yang maha membolak balik hati manusia, serahkan segala perasaan kita kepada sang pemilik hati” itulah kata-kata almira yang selalu aku ingat. Aku selalu bahagia mencintai dia. Semoga takdir berpihak kepadaku kali ini.
0 Comments
Aku berjalan di kesibukan musim panas kota Istanbul. Aku berjalan diantara kepadatan jalan di kota ini. Aku bejalan di jalan yang tidak pernah mati "Taksim" orang-orang bilang seperti itu. Aku berjalan dengan orang-orang dari belahan dunia lainnya yah ini Istanbul kota pariwisata, sudah kupastikan sebagian dari orang-orang di sekililingku adalah turis. Mereka dengan tas besar dipunggungnya, peta di tangannya, mereka berjalan sambil berbincang-bincang dengan bahasa mereka sendiri mungkin mereka sedang membicarakan tentang keindahan kota Istanbul dan sesekali mereka berhenti untuk mengambil foto. Aku berjalan dengan tangan kananku yang meronggok-ronggok kedalam tas, aku mencari sesuatu. “Ah panasnya tak bisa kalau rambutku terus tergerai seperti ini” ketika itu aku di kagetkan dengan seseorang yang menepuk bahuku dan mengucapkan salam. Ternyata dia Almira, dia adalah sahabat pertamaku. Aku adalah seseorang yang tertutup aku tidak suka mengobrol dengan orang banyak, aku lebih suka kesendirian, aku tidak suka berbagi hidup dengan orang lain. Aku lebih suka mengamati keadaan sekitar dan mengenal orang dengan caraku, yaitu cukup tau dan diam. Awalnya aku tidak suka dengan Almira, karena dia seolah-olah ingin tahu kehidupanku. Namun, semua itu berubah karena ketulusan hati Almira.
Almira adalah perempuan dengan hati yang mulia, dia selalu melihat kehidupan dari sisi positif. Dia selalu bilang “kalau hidup kita penuh dengan keluh kesah lalu sudah seberapa banyak kesempatan emas yang kita buang? Jika keluh kesah itu kita ubah dengan semangat dan kerja keras bayangkan seberapa banyak kesempatan emas yang akan kita gapai. Hidup adalah tentang bagaimana kita bersikap dan berprasangka baik terhadap Allah” Pantas saja dia seperti itu karena dia di besarkan dan dibimbing oleh keluarga yang hebat, keluarga yang berpendidikan tinggi dan religius. Apalagi ibunya, Almira punya seorang ibu yang hebat sesosok ibu yang sempurna, sedangkan aku ? Sudahlah jangan di bandingkan. Allah telah mengambil ibuku sejak aku duduk dikelas 6SD aku kehilangan sesosok ibu sejak kecil, aku kehilangan kasih sayang ibu, bahkan aku harus menggantikan peran seorang ibu untuk adik-adiku Ah sudahlah! Almira sahabatku adalah wanita sholehah, dia sangat mencintai Allah dan rasanya sudah bisa kupastikan Allah juga sangat mencintainya. Aku tidak seperti Almira, hatiku kosong, hampa, penuh kekhawatiran tentang hidup, bertanya-tanya tentang kebahagian, dan takdir Allah. Rasaya aku hanya percaya dengan takdir Allah namun terkadang tidak aku teruskan dengan percaya bahwa takdir Allah itu yang terbaik. Aku sedang mencari arti kehidupan juga kebahagian yang sesungguhnya, dan aku percaya Almira yang akan membimbingku. “Ayo Indah semangat nanti kita terlambat, liat bisnya sudah datang” sahut Almira dengan mengulurkan tangannya kearah aku. Lalu aku raih tanganya dan kami berlari-lari kearah tempat bis itu berhenti, kami akan pergi ke kampus! aku dan sabahatku Almira. “ Anak pembawa sial, gara-gara kamu uang kita kecopetan. Kenapa tadi kamu tidak duduk samping ibu? Ibu yakin kalau kamu duduk di samping ibu semua ini tidak akan terjadi” kata- kata ibu pada hari itu. Kejadian itu tepat sudah 12 tahun yang lalu ketika aku berumur 9 tahun. Waktu itu kami baru pulang dari Bank untuk mengambil uang kiriman ayah dari Arab. Ayah kami adalah seorang TKI (Tenaga Kerja Indonesia) pada saat itu. Beliau bekerja disana sebagai seorang supir di sebuah Perusahaan. Ibu memang begitu, beliau terkadang menyakiti hatiku. Mungkin kejadian pada waktu itu membuatnya bingung karena harus kehilangan uang dengan begitu saja dalam keadaan kami sangat membutuhkan uang sehingga beliau melimpahkan amarahnya secara tidak tepat. Yasudahlah, beliau tetap ibuku, ibu yang sangat aku sayangi dan cintai. Beliau adalah malaikat untukku meskipun begitu, aku yakin hati beliau sebenarnya lembut, Ya Allah aku rindu ibu! Tiba-tiba kejadian itu yang terlintas dibenaku di siang hari ini, ketika aku sedang teduduk melihat kearah jendela dan diluar sana terlihat ada seorang anak dan ibu yang sedang berbincang hangat dengan eskrim di tangan mereka.
Namaku Indah, lebih tepatnya Indah Anugrah. Ayah bilang beliau memberiku nama itu karena aku dilahirkan kedunia ini adalah anugrah terindah untuknya dan ibu. Nama yang simple namun mengandung makna yang berat, sering terlintas dalam benakku ( apakah aku benar-benar anugrah terindah?). Aku anak pertama dari 3 bersaudara. 2 adikku berumur 15 tahun, mereka kembar mereka bernama Hati dan Nurani. Sekarang umurku 21 tahun , Aku mahasiswi jurusan Ekonomi di Bogazici University salah satu Universitas di Turki. Ini adalah tahun ketigaku berada di negara ini, negara yang sering orang-orang sebut negara 2 benua karena Turki terbagi menjadi 2 bagian benua Asia dan Eropa. Turki adalah negara dengan perpaduan budaya yang indah, 2 budaya yang sangat berbeda terpadu dalam satu disini, Asia dan Eropa. Dulu aku mengekspetasikan Turki itu seperti negara timur tengah lainnya yang mana seorang wanita harus memakai niqab, gamis. Dimana bahasa resminya adalah bahasa arab, dimana budaya islam sangat kuat disini, ya Turki memang negara muslim, 90% penduduk disini menganut agama Islam tapi tidak seperti itu, negara ini sekuler. Turki sudah terakulturasi oleh budaya Eropa. Aku sendiri tinggal di kota Istanbul bagian Eropa, kota yang mana membuatku jatuh cinta sejak awal aku menginjakan kakiku di bumi Al fatih ini. Aku selalu mencintai Istanbul dalam keadaan apapun. Bahkan, Napoleon Bonaparte pernah menggambarkan, “Jika di dunia hanya terdapat satu negara, maka ibu kotanya adalah Istanbul” Aku mencintai Istanbul karena keindahan dan kekhasan menara-menara masjid yang menjulang tinggi seperti masjid Sultan Ahmet atau Blue Mosque, bangunan-bangunan bersejarah seperti Hagia Sophia yang menjadi saksi mati penaklukan konstantinopel yang mana Islam sangat bejaya pada masa itu, jembatan Bosphorus penghubung antara Asia dan Eropa, Laut Boshopurus dengan kesibukan kapal-kapal dan burung-burung cemar disekitarnya, Eminonu, Taksim , Ah! masih banyak lagi tempat lainnya. Setiap sudut di Istanbul menurutku penuh arti dan selalu berkesan. Istabul, tidak bisa aku jelaskan dengan kata-kata. Terimakasih Allah, aku diberi kesempatan untuk kuliah disini dengan beasisawa Pemerintah Turki. Jadi, teringat ketika aku akan berangkat untuk kuliah kesini, orang-orang satu kampung halamanku di Indonesia mereka mengira kalau aku pergi ke Turki untuk bekerja sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) mereka bilang “ ya wajar mungkin menuruskan ayahnya”. Namun, setelah mereka tahu aku berada disini untuk kuliah semuanya berubah, hidup keluarga kami berubah. Orang-orang sekarang tidak lagi memandang ayah sebelah mata, bahkan kedua adikku tak henti-hentinya bercerita tentangku kepada teman-temannya juga warga kampug dan memamerkan foto-fotoku disini. Kata ayah, aku jadi buah bicara para bapak-bapak di pengajian katanya mantu idaman. Bahkan, Pak RT sudah datang kerumah dan berbicara serius berniat menjodohkan aku dengan anaknya. Hal ini wajar karena aku adalah wanita pertama dari kampungku yang bisa kuliah ke luar negeri dengan beasiswa. Terimakasih Allah, Engkau sudah menaikan derajat kami dengan jalan ini. Aku harus pergi, akupun beranjak dari tempat dudukku karena aku harus berangkat ke kampus meskipun enggan untuk pergi karena di luar sangat panas ya ini adalah musim panas. Tahun ini aku tidak pulang ke Indonesia, aku memutuskan untuk memakai liburan kali ini untuk mengambil kelas musim panas ( summer school). Aku masih melihat ibu dan anak itu masih ada diluar sana sekarang lebih dari perbincangan yang hangat, mereka sedang tertawa riang seolah-olah mereka adalah dua orang paling bahagia pada hari ini. Rasanya melihat mereka aku ingin menangis, Ah! ibu aku rindu, andai ibu masih ada. Semoga ibu selalu tenang disisi Allah. |
M E R H A B AIntan Qurotul Ain is a 25 yo FacebookSearch |